BLOG

Harbayu
Founder Archilantis

25 October 2025

Proyek Makin Kompleks

Standar Pun Ikut Berevolusi
"Pendekatan ISO yang berkaitan dengan Building Information Modelling (2025)"

1. Awalnya Cuma Pengen Proyek Rapi... Tapi Malah Tersesat di Standar

BIM Braders & Sisters,
pernah nggak sih ngerasa proyek kita makin hari makin “berat”?
Model makin besar, koordinasi makin rumit, dan setiap orang bawa versi dokumennya masing-masing?

Saya pernah di posisi itu.
Waktu klien bilang, “Kita mau pakai ISO BIM biar semua rapi,” saya langsung mengangguk cepat — padahal dalam hati belum benar-benar paham “ISO yang mana”. 😂

Beberapa tahun kemudian, setelah ngalamin sendiri fase desain–konstruksi–handover dengan berbagai tim lintas software, saya baru sadar:
"ISO itu bukan beban. ISO itu cermin dari kompleksitas dunia proyek kita."

Makin kompleks proyeknya, makin banyak standar yang dibutuhkan buat ngatur ritmenya.

 

2. Proyek Sekarang: Lebih Banyak Data daripada Beton

Dulu kita bangga bisa render gedung super detail.
Sekarang, tantangannya bukan lagi visualisasi — tapi bagaimana semua data itu nyambung.

Karena hari ini, BIM bukan cuma Building Information Modeling, tapi udah jadi Building Information Management.
Kita nggak cuma bikin model, tapi juga mengatur informasi: siapa bikin apa, kapan diserahkan, dan dalam format apa.

Nah, semua itu diatur lewat satu “keluarga besar” standar:
ISO BIM Family — mulai dari ISO 19650 sampai 7817, 22014, 23387, 23143, dan lainnya.

Mereka hadir bukan buat menambah kerjaan, tapi supaya semua orang di proyek bisa ngomong dalam bahasa data yang sama.

 

3. ISO 19650: Pondasi Utama Dunia BIM

Bayangkan ISO 19650 itu kayak buku panduan hidup untuk proyek BIM.
Mulai dari “siapa ngatur apa”, “data diserahkan kapan”, sampai “siapa yang boleh buka file-nya”.

Ada enam bagian penting di sini:

  • ISO 19650-1 → konsep dasar & prinsip manajemen informasi (istilah, struktur EIR, MIDP, BEP).
  • ISO 19650-2 → fase desain & konstruksi, menjelaskan alur kerja dan penyerahan data.
  • ISO 19650-3 → fase operasional, tentang bagaimana data model berubah jadi Asset Information Model (AIM).
  • ISO 19650-4 → tentang pertukaran informasi: quality check, acceptance, dan control version.
  • ISO 19650-5 → soal keamanan data (security-minded BIM).
  • ISO 19650-6 → soal keselamatan kerja (health & safety information).

Kalau dipikir, seri 19650 ini kayak tulang punggung:
mengatur aliran informasi dari proyek dimulai sampai bangunan hidup dan dipelihara.

 

4. ISO 7817: Jangan Semua Harus Super Detail

BIM Braders, siapa yang pernah bikin model sampai file-nya 1 GB cuma buat satu lantai?
😅 guilty!

Nah, ISO 7817 hadir buat menyelamatkan kita dari “kebanyakan detail”.
Dia memperkenalkan konsep Level of Information Need (LOIN) — alias seberapa detail informasi yang benar-benar dibutuhkan.

Kadang kita cuma butuh informasi geometri kasar buat koordinasi, bukan sampai bolt size.
Dengan LOIN, kita bisa tepat guna — cukup, tapi nggak berlebihan.

ISO ini ngajarin kita bahwa data yang terlalu banyak bisa sama berbahayanya dengan data yang kurang.

 

5. ISO 22014 & 23387: Ngatur Kotak Mainan Kita

Sekarang bayangin semua objek BIM — pintu, jendela, pipa, AC — itu kayak mainan LEGO.
Kalau tiap orang bikin ukuran dan nama sendiri, bisa berantakan, kan?

Nah, di situlah ISO 22014 dan ISO 23387 berperan.
22014 ngatur struktur object library,
sementara 23387 bikin template data yang isinya field wajib untuk setiap objek.

Hasilnya: objek jadi seragam, gampang di-reuse, dan interoperable antar software.
Nggak ada lagi “lampu” yang field watt-nya kosong atau “pintu” tanpa material.

 

6. ISO 23143: Ketika BIM Bertemu Peta

ISO yang satu ini masih dikembangkan, tapi konsepnya keren banget.
Dia mau jadi jembatan antara BIM dan GIS — supaya bangunan di model tahu konteks geografisnya: di mana posisinya, apa utilitas di sekitarnya, dan bagaimana hubungannya dengan kota.

Buat proyek infrastruktur, smart city, atau energi, ini game-changer.
Bayangkan model BIM yang bisa “ngobrol” langsung sama peta kota —
itu masa depan digital construction yang sesungguhnya.

 

7. ISO 21930 & 22057: BIM untuk Bangunan Hijau

Sekarang tren green building makin kencang.
Kita dituntut bukan cuma bikin efisien, tapi juga sustainable.

ISO 21930 dan 22057 bantu kita menghubungkan data BIM dengan LCA (Life Cycle Assessment) dan EPD (Environmental Product Declaration).
Dengan itu, kita bisa tahu bukan cuma “berapa meter persegi dinding,” tapi juga “berapa emisi karbonnya.”

BIM akhirnya jadi alat untuk environmental intelligence, bukan sekadar modeling.

 

8. ISO 8000 & 23386: Data yang Berkualitas = Keputusan yang Tepat

Kualitas data itu ibarat bahan bakar mesin digital.
Kalau datanya jelek, output-nya juga nggak bisa diandalkan.

ISO 8000 bicara soal data quality — gimana cara memastikan data valid dan konsisten.
Sementara ISO 23386/23387/23385 adalah “kamus BIM” — biar semua pihak nyebut istilah yang sama dengan makna yang sama.

Kalau “floor finish” dan “floor covering” masih beda tafsir, jangan harap integrasi BIM bisa lancar.

 

9. ISO 21597: Tas Virtual Penyelamat Dokumen

Siapa yang pernah pusing nyari revisi file?
“Yang bener yang mana nih, A_rev2 atau B_final_final_v3?” 😂

ISO 21597 hadir dengan konsep Information Container — seperti tas virtual yang isinya file, metadata, dan link yang terhubung.
Dengan begitu, setiap paket informasi bisa dikirim, diverifikasi, dan diarsipkan dengan rapi.

Hasilnya?
No more chaos. Just clean, traceable data.

 

10. Jadi, Apa Maknanya Buat Kita Semua?

BIM Braders & Sisters,
setiap ISO baru lahir karena kebutuhan baru di lapangan.

Dulu cukup satu model untuk semua.
Sekarang?
Kita butuh standar untuk keamanan, kualitas, keberlanjutan, bahkan konteks geografis.

Sebagai decision maker, tugas kita bukan hafalin nomornya, tapi pahami fungsinya.
Mana yang relevan untuk proyekmu?
Mana yang bisa diterapkan bertahap?

ISO itu kompas, bukan beban.
Dan seperti kompas, dia cuma berguna kalau kita tahu arah kita sendiri.

 

11. BIM Sekarang = Tentang Kolaborasi, Bukan Software

Semua ISO ini pada dasarnya ngomong satu hal:
Kolaborasi berbasis data.

Dulu, kolaborasi berarti rapat koordinasi di ruang site.
Sekarang, kolaborasi berarti data antar disiplin bisa sinkron tanpa drama.

Dan di situlah standar berperan — memastikan arsitek, struktur, MEP, kontraktor, dan owner bisa ngobrol pakai data yang nyambung.

 

12. Refleksi: Dari Braders untuk Braders

BIM Braders & Sisters,
kalau kamu lagi merasa overwhelmed dengan banyaknya ISO baru —
kamu nggak sendirian.

Kita semua pernah di fase itu: buka dokumen standar, lihat diagram, terus bilang “ini maksudnya apa ya?” 😅
Tapi semakin saya jalani, saya makin sadar satu hal penting:
Standar itu hidup.
Dia berkembang karena dunia proyek kita berkembang.

ISO bukan soal aturan kaku.
Dia tentang trust, transparency, dan collaboration.

Dan peran kita, para Braders & Sisters, adalah menjembatani antara idealisme ISO dan realitas lapangan.

 

13. Arah ke Depan

Ke depan, saya yakin arah digital construction di Indonesia akan makin matang.
ISO BIM bukan cuma bahan bacaan, tapi jadi bagian dari governance organisasi.

Kita akan mulai lihat lebih banyak proyek:

yang pakai LOIN buat kontrol scope,

yang pakai ISO 23387 buat validasi data otomatis,

dan yang menghubungkan BIM–GIS untuk perencanaan kota cerdas.

Digital transformation itu bukan tren.
Itu keniscayaan.
Dan ISO adalah fondasinya.

 

14. Penutup: Kolaborasi Itu Kuncinya

Jadi, BIM Braders & Sisters,
mari kita nggak lagi lihat ISO sebagai “beban dokumen,”
tapi sebagai bahasa bersama di dunia konstruksi digital.

Kalau kita semua bisa paham dan pakai bahasa yang sama,
kolaborasi jadi lebih cepat, keputusan lebih akurat, dan hasil proyek lebih berkualitas.

BIM bukan cuma tentang model.
BIM adalah cara baru kita berpikir dan bekerja — bareng-bareng.
Dan standar ISO adalah alat bantu agar kita nggak kehilangan arah.

 

15. Ayo Diskusi!

  1. ISO mana yang paling kamu rasakan manfaatnya di proyek?
  2. Gimana pengalaman tim kamu menerapkan LOIN di proyek nyata?
  3. Menurut kamu, standar makin banyak = makin ruwet, atau makin tertata?

 

#BIMIndonesia #BIMBradersist #DigitalConstruction #ISOBIM #ProjectManagement #EngineeringIndonesia #SmartBuilding #BIMStandards #CollaborationInConstruction #archilantis #i2mi #lsplpkmik #tukarchilantis #pu #plannerly #accasoftware #openbim #iso

manage by RHBW.studio 2023

Jakarta - Indonesia